Jumat, 29 Maret 2013

Pendidikan Agama


Pendidikan Agama sangat penting ditanamkan kepada setiap anak didik kita sejak dini. Apapun agama yang dianut sangat vital dan urgen untuk diajarkan sejak dini.

Secara umum pendidikan berarti suatu proses transformasi yang dilakukan seseorang atau masyarakat ke generasi berikutnya, serta dilaksanakan secara sengaja, teratur, terstruktur dan dapat diukur atau diketahui hasilnya. Generasi berikut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik.

Pendidikan merupakan usaha untuk memperlengkapi dan membimbing individu maupun kelompok, agar menjalankan tugas dan panggilan hidupnya secara efektif. Pendidikan bertugas untuk membangun kualitas manusia seutuhnya, serta segi-segi kehidupan fisik, intelek, moral, spiritual, dan sosio-kultural individu dan kelompok. Agaknya pola itu dianut oleh hampir semua bangsa di dunia.

Pada proses pendidikan -formal maupun informal- tersebut, ada yang bertugas sebagai guru dan berfungsi untuk mengajar. Guru merupakan komponen strategis dalam dunia pendidikan. Tugas dan perannya bukan hanya di sekolah atau kelas tetapi lebih luas serta kompleks, meliputi :
  • pada bidang profesi, guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih; mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa 
  • dalam bidang kemanusiaan, di sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai haldalam bidang kemasyarakatan,  
  • guru bertugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab
Karena juga merupakan orang tua kedua, guru harusnya memberlakukan setiap siswa seabagai anaknya sendiri. Karena hubungan sebagai anak-orang tua itu, guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. 

Pendampingan itu bertujuan agar siswa mampu mengatasi pergumulan dan permasalahannya. Dalam konteks ini, guru telah bertindak sebagai seorang konselor, dan siswanya adalah konseli. Semua paparan di atas inilah yang membangun minat penulis untuk memilih topik Guru PAI (Pendidikan Agama Islam)Sebagai Konselor.
Sebagai konselor, Guru PAI lebih bersifat pendampingan kepada siswanya. Pada konteks ini, guru dapat menjadi tempat meminta pendapat atau pun sebagai penguatan konsep diri siswanya tentang berbagai hal.

Manfaat Internet Bagi Pelajar, Pendidikan dan Masyarakat



Manfaat Internet Bagi Pelajar, Pendidikan dan Masyarakat, Pada artikel ini akan dijelaskan beberapa manfaat internet yang wajib untuk kita ketahui bersama dan terpenting khusus dunia pelajar dalam mendukung kegiatan belajar dan belajar di Indonesia. Sebenarnya, jika membicarakan efek positif dan negative, semua aspek manapun pastinya pasti terdapat dampak positif dan negative. Tetapi semua itu kembali pada diri masing-masing, bagaimana kita memanfaatkannya. Khusus kalangan awam atau orang-orang tua yang berada di pedasaan, banyak perpendapat bahwa dunia maya alias internet identik dengan hal-hal yang berbau negative. Sampai-sampai mereka para orang tua khususnya banyak sekali melarang anak2nya untuk mengakses dunia internet.



Manfaat Internet Bagi Pelajar dan Dunia Pendidikan:
1. Memperluas Wawasan dan Ilmu pengetahuan: Memperluas Wawasan dan Ilmu Pengetahuan Camsh pajang di urutan pertama karena berdasarkan pengalaman yang Camsh alami adalah ketika kita sedang mencari tugas di internet tanpa kita sadari setiap halaman Webiste yang kita buka pasti kita akan baca walaupun itu bukan tugas yang sobat inginkan, Namun ada juga sebagian siswa yang tergolong orang yang HG alias Harap Gampang pasti tinggal CTRL C trus CTRL V di Word nah ini bukan tujuan sebenarnya dari Internet.

2. Sebagai sumber tambahan Pelajaran Yang belum di mengerti di Sekolah: Pernah tidak saat kita belajar di sekolah lantas kita tidak mengerti sama sekali dengan apa yang telah di terangkan di sekolah, itu sering sekali terjadi bahkan itu sering menimpa penulis pribadi, oleh karena itu camsh sering mencari informasi bahan pelajaran di Internet agar mengetahui apa sih yang di ajarkan Pak/Bu Guru di Sekolah tadi.

3. Melatih Siswa Supaya Mengetahui Cara-cara Penggunaan Komputer: Harus buat tugas lewat Internet otomatis harus menggunakan yang namanya Komputer, Camsh punya sebuah pengalaman yang satu ini pernah guru TIK di sekolah ngasih tugas buat email dan kirimkan alamat email di Guru TIK kami, Nah di situ bingung gak tau mau gimana, ya terpaksa harus mengetahui Komputer dan Internet itu sendiri, maklum itu masih SMP kelas 3 jadi agak gaptek.

4. Sebagai Sarana Komunikasi: Sarana Komunikasi Camsh pasang yang terakhir karena ini hanyalah sarana untuk bertukar Informasi dengan teman di Internet untuk menambah wawasan namun jarang sekali Manfaat Internet Bagi Pelajar maupun mahasiswa untuk menggunakannya seperti itu melainkan sarana untuk chatting chattingan, sungguh sangat di sayangkan.

Manfaat Internet Bagi Masyarakat:
1. Internet sebagai sumber informasi tentang hal apapun tentu akan sangat membantu kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang bekerja di bidang pendidikan, bidang literasi, atau bidang kesenian, bisa mencari berbagai informasi dari internet.

2. Keberadaan internet bisa mempermudah atau mempercepat suatu pekerjaan. Misalnya, ada suatu data dari satu kantor yang harus diserahkan pada kantor lain, penyerahan ini bisa memanfaatkan media surat elektronik (email) yang tentunya menggunakan internet.

3. Dalam hal pergaulan, internet juga punya peranan yang sangat besar. Banyaknya forum dan jejaring sosial saat ini yang bisa membantu siapa saja untuk menambah pergaulan. Ini juga merupakan salah satu manfaat internet bagi masyarakat. Manfaat jejaring sosial juga tak hanya menambah pergaulan, namun juga mempererat pertemanan dan membuat kita berlatih untuk bersosialisasi lebih baik.

4. Balakangan ini sering sekali tentang bisnis online. Kita pun bisa menjalankan sebuah bisnis melalui media internet.

5. Kelebihan dari bisnis jenis ini adalah kita tidak perlu repot-repot menyewa lahan/toko untuk berjualan. kita hanya harus menyiapkan barang yang akan dijual, mempromosikannya, lalu tinggal menunggu pembeli menghubungi kita.

6. Media internet adalah salah satu media yang sangat bagus untuk promosi.Manfaat internet yang satu ini tak hanya berlaku bagi pebisnis online saja, namun juga bagi kita yang punya toko offline atau perusahaan tertentu yang ingin dikenal melalui media internet.

7. Di sinilah letak manfaat jejaring sosial yang ada di internet. kita bisa menggunakan jejaring sosial apapun untuk berpromosi, atau bahkan membuat situs pribadi yang memuat usaha kita.

8. Manfaat internet bagi masyarakat tak cuma terbatas pada para pebisnis, dan juga untuk para konsumen. Bila kita malas keluar rumah untuk belanja barang-barang tertentu, kita bisa mencari barang yang kita inginkan lewat internet. Tinggal pesan, bayar dengan cara yang disepakati, lalu tunggu di rumah. Sangat mudah, bukan?

Demikianlah beberapa artikel seputar manfaat internet bagi pelajar, manfaat internet bagi pendidikan dan manfaat internet bagi masyarakat dapat bermanfaat untuk kita semua, baik untuk para pelajar maupun orang tua yang lagi membutuhkan keterangan seputar dunia Internet.

Peran Masyarakat Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Masyarakat merupakan eksteren yang juga berpengaruh terhadap siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian sebenarnya keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan anak. Untuk itu dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka diperlukan kerjasama yang baik dari subyek pendidikan tersebut, agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung secara positif.

Pengertian mengenai mutu pendidikan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf atau derajad (Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, depdikbud, 1999: 677). Sedangkan menurut pendapat Oemar Hamalik pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif, dalam artian normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kritria intrisik, mutu pendidikan merupakanproduk pendidikan yakni. manusia yang terdidik. sesuai dengan standar ideal. tenaga kerja. yang terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar ( Oemar Hamalik, 1996 : 33 ).

Sedangkan menurut Dzaujak Ahmad, mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional an efisien tehadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/ standar yang berlaku( Dzaujak Ahmad, 1996: 8).

Hal ini menuntut pada setiap pengelola pendidikan berupaya untuk peningkatan mutu pendidikan. Sebagai tolak ukur atau kriteria yang dapat dijadikan alat evaluasi tentang mutu pendidikan antara lain: Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan. Misalnya tes tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap ( Nurhasan, 1994 : 390 ).

Upaya perbaikan pada lembaga pendidikan tidak semudah membalik tangan, karena memperbaikan mutu pendidikan berarti komponen-komponen yang ada dalam pendidikan tentunya juga harus diperbaiki antara lain meliputi: 1. Memperkuat Kurikulum KTSP yang sekarang diberlakukan di ndonesia 2. Memperkuat Kapasitas Manajemen Sekolah 3. Memperkuat Sumber Daya Tenaga Kependidikan 4 . Memperkuat Kepemimpinan 5. Meningkatkan Mutu Mengajar Melaui Program Inovatif Berbasis Kompetensi 6. Mengoptimalkan Fungsi-Fungsi Tenaga Kependidikan 7. Perbaikan yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen (Continuos quality Improvement atau CQI) dan proses Continuous pross Improvement. Satu hal yang paling menentukan adalah bagaimana menjalankan manajemen mutu pendidikan itu sendiri. Menurut W.Edward deming 80% dari masalah mutu lebih disebabkan oleh manajemen, dan sisanya 20% oleh SDM. Hal ini berarti bahwa mutu yang kurang optimal berawal dari manajemen yang tidak profesional dan manajemen yang tidak profsional artinya mencerminkan kepemimpinan dan kebijakan yang tidak profesional pula ( Syafaruddin, 2002: 19).

Dalam memberi batasan Pengertian Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat terdapat perbedaan dan belum mencapai suatu mufakat konvensional. Pendapat, Abdurrachman; dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya (Suryosubroto, 2004: 155).

Sedangkan menurut pendapat Mulyasa ( 2007 tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 
1. memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik;
2. memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan 
3. menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah ( Mulyasa Endang, 2007: 50). 
Antara sekolah dengan masyarakat mempunyai hubungan yang saling memerlukan, merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan, kepedulian,kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya (Nurkholis, 2004: 28). 

Partisipasi Masyarakat dan keterbukaan pengelolaan pendidikan di sekolah akan menimbulkan semangat yang tinggi bagi seluruh pengelolaan pendidikan di sekolah, kemudian mendorong pada penciptaan pembelajaraan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan, demikian juga masyarakat ada peluang untuk menyampaikan aspirasinya kepada pihak sekolah, tentang program dan perbaikan yang seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah, meskipun harus diakui tidak semua lapisan masyarakat sadar dan sanggup merespon tentang program yang akan dilakukan oleh pihak sekolah, karena masyarakat Indonesia dilihat dari sisi SDM dibanding dengan Negara lain masih jauh teringga. Akan tetapi bukan berarti kita harus berhenti untuk melakukan usaha menuju perubahan, berhenti sama dengan siap tertindas oleh negara lain, meskipun harus diakui bahwa tidak semua perubahan di era globalisasi membawa pada dampak positif.

Kemajuan tehnologi informasi satu sisi telah menggiring siswa pada sikap tidak bermoral, dengan mengakses internet mereka dapat informasi secara jelas sesuatu yang tidak sesuai dengan usia dan perkembangan psisikologis mereka, akibat dari kurang adanya pengawasan dari orang tua, mereka berani mencoba melakukan perbuatan seperti yang telah didapat dari warnet.

Dengan penerapan manajemen pendidikan yang baik sangat memungkinkan sekolah ada peluang untuk memberi masukan dan pendidikan pada siswa cara-cara mengoprasionalkan tehnologi dan yang seharusnya tidak diakses oleh siswa. Tentu saja biaya pendidikan harus dibayar dengan harga mahal, juga diperlukan tenaga kerja yang sinergis antara sekolah, masyarakat (stakeholder) dan pemerintah dalam mengkondisikan sebuah lembaga pendidikan yang melibatkan unsur masyarakat sebagai pengguna yang peduli terhadap kebutuhan sekolah.

Banyak dari penelitian terdahulu hanya mengambil informasi dari sistem dimana dampak dari keluaran tidak pernah menjadi tujaun utama, atau mungkin menjadi tujuan kedua. Hal ini akan berlaku jika MBS diimplementasikan strategi untuk membongkar birokrasi pusat yang besar, mahal, dan tidak responsif atau sebagai satu strategi untuk memberdayakan masyarakat dan professional.

Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat

Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai prosestransmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatanmasyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajarimerupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segalasesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungantimbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk olehmasyarakat kita.Bagi masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaatbagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agarmasyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepadaanggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akandimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskankebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengandemikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjakseorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkunganeksternal di luar dirinya, yakni keluarga.


Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusantahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dankebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhanayang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperolehtranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yangberbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu,pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dantanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikanteknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dansebagainya. Dalam cerita-cerita lisanitu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasiyang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankanapabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itudianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapimemiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapapersembahan serta upacara-upacara ritual.


Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsungorganis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluankhusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yangmapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkanprajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demimempertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memilikikecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan sistemsosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadiujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuanrakyat jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasidemikian, wajar apabila jaman ini predikat golongan terdidikhanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja serta kaum-kaumagamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.


Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini makakisah pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeserselaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah.Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakarperputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya.Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gerejasecara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangansejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahandogma-dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwalain juga memiliki andil besar dalam menentukan lahirnyasemangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah dipresentasikanoleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar pertengahanabad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiranilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkandengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri.Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahan-lahanmampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungandengan pengajaran. Selain karena meluapnya industri-industrimanufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannyabeberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnyaserta peningkatan diferensiasi struktural maka masyarakatEropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia dalamjumlah massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankanlahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan cukuprumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulaimenerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkanmekanisme organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana tentang renik-renikkarakter fungsi pendidikan di masyarakat.


Melihat alurperkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins, tentang tiga tipe dasarpendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni:Pertama, jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilanmaupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masihsederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat agraris awal.Kedua,Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakanuntuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hakistimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yangmemiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan inidirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknisdan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusibadan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luastelah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris danindustri. Ketiga, tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahanuntuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungandengan pemerintahan serta berguna pula sebagaisarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepadamasyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberipenekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat danderajat.10


Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.


Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

Kemandirian Dalam Belajar Perlu Ditingkatkan



Kita tidak perlu merasa kaget apabila mendengar pengakuan seorang mahasiswa yang baru saja kuliah pada sebuah perguruan tinggi negeri atau swasta tetapi masih merasa ragu-ragu untuk menuntut ilmu. Cukup banyak contoh-contoh seperti itu di seputar kita.

Agak memprihatinkan, remaja-remaja sekarang kurang menenggang perasaan atau kesulitan orangtua. Mereka lebih memperhatikan kebutuhan dan kesenangan diri. Ada seorang mahasiswa baru, sebagai contoh, menuntut ilmu pada jurusan teknik di sebuah perguruan tinggi swasta. Walaupun orangtuanya telah mengeluarkan dana hampir 5 juta rupiah sejak dari mengikuti kegiatan bimbingan belajar sampai dengan membayar SPP semester pertama tetapi ia belum bisa merasakan kesulitan orangtua. Tentu saja ketampanan wajahnya tidak dapat menutupi keletihan fisik dan jiwa orangtua dalam memikirkannya.

Kemandirian dalam belajar agaknya belum dimiliki oleh banyak pelajar. Ada guru yang mengatakan bahwa pelajaran sekarang banyak yang bersifat seperti ‘paku’, ia baru bergerak kalau dipukul dengan martil. Pelajar sekarang, walau tidak semuanya, banyak bersifat serba pasif. Dalam membaca buku-buku pelajaran saja misalnya, kalau tidak disuruh atau diperintahkan oleh guru maka buku-buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak dibaca.

Aktivitas guru-guru pada waktu senggang mereka, yang mana lebih gemar mengambil topik-topik ringan dan mengambang dalam berdialog sementara tugas-tugas murid banyak yang tidak diperiksa dan persiapan mengajar serba belum beres adalah gambaran ketidakmandirian kalangan pendidik dalam menjalankan profesi mereka. Tidak hanya guru-guru tetapi malah pegawai-pegawai lainnya, barangkali juga menunjukkan adanya gejala ketidakmandirian dalam belajar. Prilaku mereka seperti suka berpikir mengambang, melakukan debat kusir dan berkelakar hampir sepanjang waktu, mereka baru melakukan tugas dengan baik kalu masih dikontrol oleh pihak atasan saban waktu adalah ciri-ciri dari ketidakmandirian dalam belajar meski secara biologis mereka sudah sangat dewasa.

Cukup banyak penulis lain Cuma membahas kegagalan pendidikan atau membahas dan tema tentang ketidakmandirian siswa dalam belajar, lebih mempersalahkan faktor sekolah. Mereka lupa untuk membahas secara rinci tentang faktor lingkungan rumah.

Lingkungan rumah cukup dominan untuk menentukan atas kemandirian dalam belajar. Faktor tingkat pendidikan orang tua yang cukup rendah dan sikap suka menyerahkan urusan pendidikan anak kepada sekolah semata adalah faktor penyebab di samping faktor lain. Kealpaan orang tua untuk mengajar anak dalam memanfaatkan waktu telah meyebabkan anak terbiasa berkeliaran, hidup tidak teratur sejak bangun tidur sampai kembali memejamkan mata pada malam berikutnya.

Pelajar-pelajar yang gemar berkeliaran pada jam belajar, meski mereka bersekolah pada kelas atau sekolah favorit, dan hanya untuk pergi mengobrol dengan teman-teman adalah produk lingkungan rumah, atau orang tua yang tidak acuh atas masalah pendidikan sementara itu mereka mengabaikan pelajaran dan keberadaan buku-buku yang ada dalam tas mereka atau pada perpusatan. Gambaran sekolah sekarang tidak lagi mewarnai sebagai tempat arena untuk menuntut ilmu, dimana para pelajar asyik menekuni aneka buku ilmu pengetahuan, tetapi citra atau gambaran sekolah sekarang adalah sekedar huru-hara, atau pergi ke sekolah hanya sebagai suatu mode saja.

Dari tiga aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus dikembangkan terhadap pelajar melalui PBM dan kegiatan ekstra kurikuler terlihat kurang berimbang. Dalam kegiatan ekstra kurikuler saja, kegiatan pengembangan afektif atau pembinaan sikap cukup kurang karena wadah-wadah penyaluran tidak ada. Dan wajar saja kalau sikap pelajar sekarang cenderung makin lama makin beringas, karena di rumah mereka tidak diwarisi dengan sikap dan nilai-nilai moral dan agama yang mantap kecuali hanya segelintir keluarga saja yang memperhatikannya. Dan sekolah lebih memperhatikan pengembangan aspek kognitif dan psikomotorik yaitu berupa pemberian ilmu pengetahuan dan pelaksanaan latihan keterampilan dan olahraga.

Kerap kali siswa yang telah belajar di tingkat SLTA sekalipun dalam mengambil azas manfaat masih bersikap sebagai anak kecil. Mereka sering bertanya kepada bapak dan ibu guru ketika PBM sedang berlangsung, tentang pelajaran yang ditulis pada papan tulis apakah untuk disalin di buku atau tidak. Padahal kalau terasa ada manfaatnya mereka harus menyalinnya. Begitu pula dalam mengomentari keberadaan buku-buku pelajaran mereka yang jarang mereka sentuh. Mereka menjawab bahwa kalau guru tidak menyuruh untuk mengerjakan tugas-tugas rumah atau untuk membacanya ya buat apa dibaca. Kalau begitu terlihat kecenderungan bahwa konsep mereka belajar yaitu baru berbuat kalau baru disuruh. Jadi kalau mereka tidak disuruh maka tentu agak terhentilah proses peningkatan pengembangan pribadi mereka.

Cara belajar yang belum menunjukkan kemandirian dari kebanyakan para pelajar akan berlanjut terus. Andai kata mereka melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mereka sering memilih jurusan yang salah dan kemudian memendam rasa sesal. Sering mereka mengambil jurusan hanya sekedar mode saja. Padahal sudah nyata sikap belajar mereka sangat santai maka mereka tetap memilih jurusan yang mana bagi pribadinya akan menemui banyak kesulitan dalam penyelesaian. Atau mereka memilih jurusan pada perguruan tinggi karena pengaruh atau setengah paksaan dari berbagai pihak. Efeknya adalah bertambah membengkak angka ‘drop out’ mahasiswa di perguruan tinggi. Meskipun disana ada dosen sebagai ‘penasehat akademis’ tetapi seringkali belum melakukan peranan sebagaimana idealnya.

Dan andai kata mereka yang tidak memiliki kemandirian dalam belajar, tidak beruntung untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi, tentu akan terjun ke tengah masyarakat untuk menambah angka pengangguran yang telah bengkak juga. Untuk kesudahannya adalah mereka sering menjadi parasit dalam sosial. Pergi merantau untuk pengalaman hidup dan mengadu untung, akan tidak berani dan kalau tetap tinggal di kampung akan tetap bersandar, atau malah juga mengganggu pihak sosial lainnya. Kemudian apabila mereka berumah tangga, tentu juga akan mengganggu pihak wanita, paling kurang keberadaannya adalah sebagai beban bagi mertua. Kecuali kalau mereka telah berani untuk mengambil keputusan dan melakukan perobahan sikap hidup secara total.

Untuk zaman sekarang sudah mulai cukup banyak pria yang bertekuk lutut kepada kaum wanita. Penyebabnya adalah sekarang banyak wanita yang sukses dalam menuntut ilmu dan memperoleh pekerjaan yang mapan sebagai tempat untuk mengembangkan kepribadian mereka. Dan cukup banyak pria yang tidak mandiri menikah dengan wanita mandiri dimana pada akhirnya keberadaan mereka adalah bukan sebagai pemimpin bagi wanita tetapi adalah sebagai pembawa bencana.

Ketidakmandirian pelajar, guru-guru dan siapa saja dalam proses pematangan diri adalah merupakan batu penyandung untuk mencapai kemantapan sumber daya manusia. Akan percuma kata-kata SDM tetap diserukan oleh pemerintah lewat berbagai media massa kalau setiap individu, warga negara tidak melakukan usaha kemandirian dalam belajar untuk menambah ilmu dan keterampilan-keterampilan lain.

Ketidakmandirian belajar seorang mahasiswa adalah warisan dari cara belajar ketika masih berada di tingkat SLTA. Begitu pula, ketidakmandirian siswa-siswa di tingkat SLTA adalah produk dari cara belajar ketika masih belajar di tingkat sekolah-sekolah yang lebih rendah dan seterusnya. Agaknya sampai saat sekarang memang masih banyak kritik tentang proses belajar mengajar di sekolah yang lebih cenderung bersifat ‘instruction’ atau mengajar daripada bersifat ‘education’ atau mendidik. Penyebabnya adalah bisa jadi karena guru hanya menguasai ilmu sebatas bidang studi semata dan tidak pula begitu mendalam. Disamping itu pengabdian guru belum sepenuhnya bersifat ideal sebagai guru. Ada kalanya pengabdian guru bersifat pamrih atau berdasarkan nilai ekonomis dimana mereka baru sudi untuk berbuat kalau ada imbalannya.

Untuk masa-masa sekarang agaknya kemandirian dalam belajar perlu untuk ditingkatkan. Ada banyak pihak perlu untuk melakukan introspeksi diri dan langsung bertindak. Bukan hanya melakukan introspeksi dan kemudian berteori. Sebab teori tanpa tindakan atau aplikasi tentu akan tetap sia-sia hasilnya.

Taman Kanak-kanak sekarang, sebagian kecil telah ada mendorong usaha anak didiknya untuk melakukan kemandirian dalam belajar. Dulu Taman Kanak-kanak lebih terfokus untuk tempat belajar, menyanyi, menari dan kemudian dilupakan. Sekarang TK telah memiliki kurikulum yang lebih dewasa dan tidak lagi hanya sebagai teori. Kita merasa salut melihat telah ada sekolah yang mewajibkan anak-anak didiknya untuk berlangganan majalah dan memesankan kepada orang tua di rumah untuk ikut serta membimbing anak. Usaha-usaha positif dan lebih serius sungguh kita harapkan terhadap tingkatan sekolah-sekolah yang lebih tinggi. Disamping menyediakan fasilitas belajar bagi anak-anak kita juga menginginkan orang tua ikut mengontrol pemanfaatan waktu yang baik. Kemandirian dalam belajar agaknya perlu ditingkatkan untuk menyongsong masa depan.

Lingkungan Pendidikan


Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
    - pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
    - pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
      - Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
      - Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
      - Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
2. Lingkungan sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
    - tanggung jawab formal kelembagaan
        - tanggung jawab keilmuan
        - tanggung jawab fungsional
3. Lingkungan masyarakat
    Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu:
    - pranata pendidikan           = bertugas dalam upaya sosialisasi
    - pranata ekonomi              = bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
    - pranata politik                  = bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
    - pranata teknologi              = bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
    - pranata moral dan etika    = bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat

Pendidikan Politik Nasional Memperhatikan


Pendidikan politik di Indonesia saat ini dinilai dalam kondisi yang memprihatinkan. Pembenahan serius guna mewujudkan kepribadian dan partisipasi politik yang betul-betul sehat pun perlu dilakukan.

"Kondisi politik nasional berikut partai politik yang ada di dalamnya lebih mengutamakan hak politiknya ketimbang kewajiban politik. Pendidikan politik yang sehat semestinya mampu menyeimbangkan antara hak politik dan kewajiban politik," kata Dirjen Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kementerian Dalam Negeri, Tanribali Lamo di Jakarta, Kamis (31/5/2012).

Ia mengakui perlunya kerja sama yang erat dari semua komponen dalam membangun pendidikan politik yang lebih bertanggungjawab akan masa depan bangsa dan negara Indonesia, termasuk pemerintah sendiri. Pendidikan politik yang sehat harus mampu mewujudkan tujuan yang diperlukan dari suatu pendidikan politik, yaitu membentuk kepribadian bangsa, menumbuhkan kesadaran politik yang aktif, dan partisipasi politik yang luas dari warga negara.

"Pemerintah sendiri melihat penting untuk memberi porsi yang lebih besar bagi pendidikan politik. Itu sebabnya bantuan keuangan dari APBN dan APBD diprioritaskan bagi pendidikan politik ini," ujarnya.

Menurutnya, Kementerian Dalam Negeri mulai pertengahan tahun 2012 akan mengadakan kegiatan sosialisasi mengenai pendidikan politik ke seluruh daerah. Sehingga terdapat kesadaran yang luas dari partai politik dan warga negara untuk sama-sama membangun pendidikan politik yang sehat.

Sementara itu, Ketua Umum MKGR Letjen TNI (purn) Soeyono mengatakan, kehidupan politik membutuhkan contoh dan teladan dari para elit parpol dan juga para pimpinan dari organisasi kemasyarakatan lainnya, sehingga mampu membentuk mesin politik yang kuat. Tanpa itu pendidikan politik akan gagal yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi nasib bangsa dan negara di masa depan.

"Sebagai contoh keterkenalan seorang calon kepala daerah lebih menjadi pilihan dalam suatu pilkada ketimbang kualitasnya dalam memahami kebutuhan warga untuk membangun kehidupan yang bertanggungjawab dan bermoral akan masa depan bangsa dan negara," ungkap mantan Kasum ABRI itu.

Menurut catatan Kementerian Dalam Negeri terdapat 78 partai politik di Indonesia dan sekitar 70.000 organisasi kemasyarakatan.

Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian




Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian
“Banyak orang tahu apa yang baik, berbicara mengenai kebaikan namun melakukan yang sebaliknya”
Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadiantersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipekoleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.  Mudah ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilaihidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN danDIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda.

Komunikasi Dalam Pendidikan



Berbicara tentang pendidikan, kita tidak bisa melepaskan diri dari kualitas pendidikan. Ketika berbicara masalah kualitas pendidikan maka inilah masalah terbesar dalam dunia pendidikan kita. Seperti yang kita ketahui bersama, metode pendidikan mengalami beberapa perubahan. Bahkan ada anggapan bahwa jika Menteri Pendidikan berganti maka metode pendidikannya juga berubah.

Pada dasarnya dunia pendidikan adalah dunia yang terbuka dalam arti membutuhkan bantuan dari berbagai disiplin ilmu, tidak terkecuali ilmu komunikasi. Dengan demikian diharapkan kontribusi disiplin ilmu lain dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Karena masalah kualitas merupakan masalah krusial yang ada dalam dunia pendidikan di negeri kita, maka bantuan disiplin ilmu komunikasi diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan kita.

Pendidikan pada hakikatnya memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi individu secara optimal. Pengembangan potensi-potensi itu pada umumnya bersifat normative dalam arti mengacu apada norma-norma kedewasaan sehingga dalam pendidikan dikenal dengan apa yang dianggap baik dan buruk, apa yang diyakini benar dan salah, apa yang dipandang sebagai membangun dan merusak. Pengembangan potensi itu merujuk pada potensi alamiah yang unggul termasuk di sini adalah kecerdasan intelegensia, bakat, kreativitas dan kecenderungan alamiah untuk mengembangkan diri sebagai individu serta tumbuh bersama manusia lainnya.

Prinsip-prinsip Komunikasi Pendidikan
Orang yang masih hidup tidak mungkin akan lepas dari komunikasi walaupun bukan berarti semua perilaku adalah komunikasi, komunikasi ada dimana-mana: di rumah, di kampus, di kantor dan dimasjid; bahkan ia sanggup menyentuh segala aspek kehidupan kita (Jalaluddin Rakhmat, 1985). Artinya, hamper seluruh kegiatan manusia, dimanapun adanya, selalu tersentuh oleh komunikasi.
Bidang pendidikan misalnya, tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi (Jourdan, 1984:74), dengan kata lain, tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi. Bagaimana mungkin mendidik manusia tanpa berkomunikasi, mengajar orang tanpa berkomunikasi, atau member kuliyah tanpa berbicara. Semuanya membutuhkan komunikasi.
Disamping itu, komunikasi juga berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaannya bermandiri. Seseorang biisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca, dan banyak berkomunikasi.